Tentang Tata Ruang Sumatera

Dear all
Blog ini merupakan Kumpulan Persoalan2 yang terkait dengan penataan ruang pulau sumatera, Jika ada yang tertarik berkontibusi untuk menjadi penulis silahkan kirimkan email ke tataruang.sumatera@yahoo.co.id. Sementara ini lagi dilakukan posting secara berkala berdasarkan arsip beberapa mailing list lingkungan yang terkait dengan konflik penataan ruang.

Senin, 31 Januari 2011

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

Siaran Pers Untuk segera dirilis                              27 Juli 2009

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

Pekanbaru - Data satelit selama enam bulan perama di tahun 2009 menunjukkan bahwa Provinsi Riau memiliki jumlah titik api kebakaran terbanyak di Indonesia, yakni 4.782. Dari jumlah tersebut hampir seperempatnya berasal dari kebakaran hutan dan lahan di Riau yang terjadi di dalam konsesi-konsesi yang terkait dengan perusahaan Asia Pulp & Paper milik Sinar Mas Group. Jumlah ini lebih banyak daripada jumlah titik api di dalam konsesi-konsesi perusahaan tunggal lainnya, demikian temuan analisa koalisi LSM Eyes on the Forest.

Kebakaran hutan dan gambut telah melalap sejumlah besar konsesi-konsesi di Sumatera bagian tengah yang terkait dengan perusahaan APP/SMG, menambah masalah kabut asap regional dan  perubahan iklim global serta menghancurkan hutan kaya-spesies di Cagar Biosfir yang baru dideklarasikan UNESCO di Provinsi Riau.

Kebakaran hutan dan gambut merupakan ancaman utama bagi kesehatan penduduk Indonesia, keanekaragaman hayati, ekonomi regional dan iklim global. Kebakaran-kebakaran itu sering disengaja sebagai cara cepat dan mudah guna membersihkan lahan setelah hutan alam dibabat habis sebelum membangun perkebunan. El Niño tahun ini diperkirakan akan berakibat lebih parah terhadap kebakaran hutan dan lahan daripada dua tahun silam. Puncak El Niño diperkirakan jatuh antara bulan September dan Oktober.

Pada bulan Mei tahun ini, APP/SMG mencoba memikat hati masyarakat dengan mengumumkan rancangan pencapaian konservasi hutan Giam Siak Kecil – Bukit Batu (GSK-BB) sebagai Cagar Biosfir UNESCO. Namun, 20 persen dari semua titik api kebakaran di Riau selama paruh pertama tahun 2009 terjadi di dalam blok hutan GSK yang asli dan separuhnya terjadi di dalam konsesi-konsesi perusahaan APP/SMG, demikian menurut Eyes on the Forest. Data satelit MODIS menunjukkan bahwa 22 persen dari titik api Riau terbakar di cagar biosfir dan konsesi terkait APP/SMG lainnya.

"Sebagai pemegang izin, APP/SMG dan perusahaan yang tergabung dengan mereka seharusnya serius bertanggungjawab mencegah kebakaran seperti itu di dalam konsesi mereka, terlepas dari apakah kebakaran diakibatkan oleh mereka sendiri atau oleh orang lain," ujar Susanto Kurniawan dari Jikalahari. "Kami juga mengimbau APP/SMG untuk menghentikan pembangunan jalan-jalan baru menembus atau dekat hutan alam, menggali aliran kanal dan menebangi hutan gambut alam manapun. Semuanya itu mempermudah kebakaran."

"Apakah melalui kebakaran, pengaliran atau penebangan hutan dalam konsesi asal kayunya, APP/SMG adalah kontributor tunggal terbesar terhadap kehancuran hutan alam dan lahan gambut di ekosistem GSK yang asli, dimana Cagar Biosfir terbentuk. Antara 1996 dan 2007, APP telah membangun hutan tanaman kayu pulp sebesar 177.000 hektar, atau 65% dari semua hutan alam yang hilang di ekosistem itu," ujar Nursamsu dari WWF-Indonesia.

"Hutan-hutan ini ditebangi terkadang tanpa izin yang sepatutnya, dan bahkan berada di dalam kawasan lindung provinsi," ujar Hariansyah Usman dari Walhi Riau. "Lagipula, mereka juga kadang-kadang melanggar Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 yang melarang penebangan hutan alam pada lahan gambut berkedalaman lebih dari 3 meter. APP/SMG masih meneruskan penebangan hutan yang dipertanyakan keabsahannya di tempat lainnya di Sumatera.

"Kami mengimbau pemerintah memproses kembali temuan-temuan menyangkut investigasi pembalakan liar yang baru saja dihentikan, daripada menutup kasus itu. Kami juga mengimbau pemerintah untuk mengambil tindakan hukum terhadap perusahaan-perusahaan yang sengaja membakar," tambah Hariansyah.

Cagar biosfir adalah areal konservasi yang dibuat untuk melindungi keaneka-ragaman hayati dan budaya dalam satu kawasan, juga mempromosikan pengembangan ekonomi berkelanjutan. Saat ini, hanya 35% dari 700.000 hektar Cagar Biosfir UNESCO yang merupakan hutan alam; sisanya didominasi oleh hutan tanaman monokultur akasia yang memiliki nilai konservasi sangat rendah.

"Kami berharap bahwa hutan alam cagar biosfir akan tetap terjaga dan kestabilan ekosistem gambut di cagar itu bisa dipulihkan. Agar ini terlaksana, APP perlu menyediakan pengamanan yang sebenarnya terhadap kawasan itu dan melakukan pengelolaan hidrologis bertanggungjawab terhadap kawasan gambut. Peta titik api terbaru secara jelas menunjukkan bahwa perusahaan tidak melakukan pengamanan itu. Inilah saatnya bagi mereka untuk merealisasikan apa yang mereka sampaikan,"
kata Susanto Kurniawan.

Saat ini, APP tengah dalam perhatian publik terhadap penghancuran hutan alam di lansekap Bukit Tigapuluh di Sumatera bagian Tengah (Riau dan Jambi). Sekitar 450.000 hektar hutan alam menyatu yang tersisa di kawasan itu adalah rumah bagi satu-satunya populasi orangutan sumatera yang sukses dilepasliarkan di dunia, juga rumah bagi seperempat dari populasi liar harimau sumatera dan gajah sumatera yang tersisa. Dua suku masyarakat asli, Talang Mamak dan Orang Rimba, juga menggantungkan pencarian mereka dan tinggal di hutan ini. APP/SMG memiliki rencana-rencana membabat habis lebih dari 200.000 hektar hutan tersebut jika Departemen Kehutanan mengizinkannya.

Tahun ini, 100 titik api muncul di Bukit Tigapuluh, di kawasan yang hutan alamnya baru-baru ini ditebangi. Banyak di antaranya terjadi di sepanjang jalan logging baru yang memotong hutan alam, yang dibangun APP/SMG pada 2008 guna mengangkut kayu menuju dua pengolahan pulp raksasa di Riau dan Jambi. Karena baru, jalan logging tersebut mengakibatkan maraknya pembalakan liar dan perambahan terhadap hutan alam, mengancam keselamatan satwaliar dan masyarakat suku asli.

Setiap tahun kebakaran hutan dan lahan di Riau dan Jambi menyebabkan kabut asap lintas-batas melintasi kawasan. Tahun ini pemunculan besar kebakaran dimulai pada Januari dan Mei, mengakibatkan penambahan signifikan jumlah penduduk yang menderita infeksi saluran  pernafasan atas dan memaksa ditutupnya sekolah-sekolah dan bandara serta penundaan penerbangan. 

CATATAN BAGI REDAKSI:

    * Eyes on the Forest adalah koalisi Jikalahari, Walhi Riau dan WWF-Indonesia. Laporan-laporan sebelumnya soal APP dipublikasikan pada www.eyesontheforest.or.id
    * Data kebakaran hutan yang digunakan berasal dari NASA/University of Maryland, 2002. MODIS Hotspot / Active Fire Detections. Data set. MODIS Rapid Response Project, NASA/GSFC produser], University of Maryland, Fire Information for Resource Management System [distributor]. Tersedia secara on-line di http://maps.geog.umd.edu.
    * Analisa titik api kebakaran untuk GSK dan BTp dilakukan di dalam perbatasan hutan alam orisinil di tahun ketika APP/SMG dan perusahaan-perusahaan tergabung mereka memulai menebangi hutan alam di kawasan-kawasan ini. Perusahaan-perusahaan tergabung APP/SMG mulai menebangi hutan alam di GSK dan BTp pada 1996 dan 2000, masing-masingnya.
    * Hutan GSK terus mengerucut sejak komitmen pertama APP pada 2004 untuk melindunginya. Perusahaan audit hutan berakreditasi Forest Stewardship Council (FSC),  SmartWood, disewa oleh APP untuk memantau perlindungannya pada hutan ini, membatalkan kontrak pada 2008 ketika perusahaan audit itu menemukan APP tidak mengambil tindakan guna melindungi hutan – keduanya dari mereka sendiri dan dari pihak lain. http://www.rainforest-alliance.org/forestry/documents/app.pdf.
    * Soal kegiatan-kegiatan APP di kawasan Bukit Tigapuluh, sila lihat: http://eyesontheforest.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=233&Itemid=6

Untuk informasi selanjutnya silakan kontak: - Afdhal Mahyuddin, EoF Editor; mobile phone: +62-813-8976-8248 - Hariansyah Usman, WALHI Riau; mobile phone: +62-812-7669-9967 - Susanto Kurniawan, Jikalahari; mobile phone: +62-812-763-1775 - Nursamsu, WWF Indonesia, in Riau; mobile phone: +62-812-753-7317

Tidak ada komentar:

Posting Komentar