Tentang Tata Ruang Sumatera

Dear all
Blog ini merupakan Kumpulan Persoalan2 yang terkait dengan penataan ruang pulau sumatera, Jika ada yang tertarik berkontibusi untuk menjadi penulis silahkan kirimkan email ke tataruang.sumatera@yahoo.co.id. Sementara ini lagi dilakukan posting secara berkala berdasarkan arsip beberapa mailing list lingkungan yang terkait dengan konflik penataan ruang.

Kamis, 03 Februari 2011

Ekspedisi Musi 2010 - Pembuat Perahu Keluhkan Sulitnya Bahan Baku, Kompas 14 Maret 2010

Minggu, 14 Maret 2010 | 03:08 WIB
Banyuasin, Kompas - Para pembuat perahu berbagai jenis di tepi Sungai Musi di Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Palembang, Sumatera Selatan, mengeluhkan sulitnya mencari bahan baku berupa kayu bungur dan meranti. Ketidakpastian adanya bahan baku itu mengancam kelangsungan industri pembuatan perahu yang menghidupi ribuan masyarakat di sana.
Pembuat perahu motor asal Desa Kemang Bejalu, Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin, Sihafuddin (51), yang ditemui tim Jelajah Musi 2010—dalam perjalanan menyusuri Sungai Musi dari Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin, hingga Benteng Kuto Besak di Palembang, Sabtu (13/3)—mengatakan, pasokan kayu bungur (Lagerstroemia speciosa pers) hanya mengandalkan perkebunan-perkebunan warga Sekayu, Musi Banyuasin. Sekayu saat ini merupakan satu-satunya daerah di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Musi yang warganya masih menanam kayu bungur.

Di luar kebun rakyat, yaitu di hutan-hutan umum, kayu bungur sudah habis. Puluhan tahun lalu, di sekitar Kemang Bejalu juga banyak kayu bungur. Namun, saat ini pohon jenis itu sudah tidak ditemukan lagi.
Kayu bungur adalah jenis tanaman rawa. Jika ditanam semakin jauh dari rawa, kualitas kayunya justru lebih rendah. Kayu ini dipilih sebagai bahan dasar pembuatan kapal karena sifatnya yang tidak menyerap air. Batang kayu yang dapat digunakan adalah pohon yang umurnya lebih dari 35 tahun. "Zaman anak-anak saya nanti yang meneruskan pembuatan kapal, saya tidak yakin kayu bungur masih ada," kata Sihafuddin menyangsikan.
Selain kayu bungur, Sihafuddin menggunakan kayu meranti (Shorea sp) untuk bagian dalam perahu. Namun, kayu meranti ini tak dapat digunakan sebagai kerangka dasar atau bagian luar kapal karena tidak tahan air.
Bahan baku utama
Berbeda dengan Sihafuddin. Hanan (43), pembuat taksi air di Kelurahan Muara Ogan, Kecamatan Kertapati, Palembang, justru menjadikan kayu meranti sebagai bahan baku utama. Taksi air yang berukuran jauh lebih kecil daripada perahu motor hanya digunakan sebagai alat transportasi untuk menyeberangi Sungai Musi yang menghubungkan bagian hulu dengan hilir.
Kayu itu selama ini diperoleh di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin. Namun, kini kayu meranti juga susah diperoleh.
Sihafuddin sebenarnya dapat menimbun kayu bungur untuk menjamin pembuatan perahunya. Namun, itu tentunya membutuhkan modal besar.
Beberapa bank pernah menawarkan bantuan modal kepada dia. Namun, Sihafuddin menolaknya dengan alasan sulit untuk membayar cicilan setiap bulan karena pembayaran dari pembeli kapal tidak tentu.
Kayu bungur sebenarnya masih dapat diperoleh di Lampung dan Jambi. Namun, biaya angkutnya mahal. (MZW/HLN/ONI/WAD/JAN/MUL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar