Tentang Tata Ruang Sumatera

Dear all
Blog ini merupakan Kumpulan Persoalan2 yang terkait dengan penataan ruang pulau sumatera, Jika ada yang tertarik berkontibusi untuk menjadi penulis silahkan kirimkan email ke tataruang.sumatera@yahoo.co.id. Sementara ini lagi dilakukan posting secara berkala berdasarkan arsip beberapa mailing list lingkungan yang terkait dengan konflik penataan ruang.

Rabu, 26 Januari 2011

Akibat kebakaran hutan dan lahan;Sekolah Diliburkan, Penerbangan Terganggu Kualitas Udara Riau Sangat Tidak Sehat

Rabu, 05 Agustus 2009 , 09:13:00
<http://www.riaupos.com/main/index.php?mib=berita.detail&id=19771#>

PEKANBARU (RP) - Kabut asap yang menyelimuti wilayah udara Provinsi Riau sangat mengkhawatirkan. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sudah berada di level merah (sangat tidak sehat) dan kuning (tidak sehat) hampir sepanjang satu bulan terakhir.

Akibatnya, berbagai sektor mulai terkena dampak. Sekolah mulai meliburkan muridnya, penerbangan terganggu dan penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) meningkat.

Hasil pemantauan BLH Riau, Selasa (4/8), kualitas udara di Provinsi Riau pada level merah atau sangat tidak sehat itu berdasarkan pemantauan alat ISPU milik PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) di empat lokasi. Kepala BLH Riau Fadrizal Labay kepada Riau Pos mengungkapkan, di daerah Rumbai hasil pemantauan ISPU mencatat kualitas udara hanya 274 Ppm, di daerah Minas 280 Ppm, Duri 169 Ppm dan Kota Dumai 178 Ppm. Berdasarkan alat tersebut, level antara 100-200 masuk kategori tidak sehat dan level 200-300 masuk kategori sangat tidak sehat.

"Dengan kondisi ini kualitas udara di Riau dalam keadaan tidak sehat. Ini berdasarkan alat pemantau yang dimiliki PT CPI. Sampai saat ini kita belum memiliki peralatan itu,'' ujar Fadrizal Labay kepada Riau Pos, kemarin.

Menanggapi kondisi kabut asap yang terjadi sekarang ini, Gubernur Riau (Gubri) HM Rusli Zainal melalui Kepala Biro Humas Sekdaprov Riau Zulkarnain Kadir mengungkapkan, kabut asap tebal yang terjadi sekarang ini memang cukup mengganggu aktivitas masyarakat. Untuk itu, Gubri mengimbau agar masyarakat bisa mempergunakan masker bila ke luar rumah, seandainya dinilai kabut asap sudah mengganggu kesehatan. Kemudian, kepada masyarakat juga diingatkan tidak ke luar rumah bila tidak penting betul saat kabut asap masih terjadi.

"Sekali lagi kita mengimbau hentikan pembakaran hutan dan lahan. Sesuai peraturan berlaku mereka yang sengaja melakukan pembakaran hutan dan lahan akan dikenakan sangsi tegas. Diproses secara hukum yang berlaku,'' ungkap Gubri yang disampaikan Zulkarnain Kadir.

Gubri menyebutkan, tim tanggap darurat sudah melakukan tindakan pemadaman di lapangan. Ini dilakukan secara berkoordinasi dengan daerah kabupaten/kota.''Waspada kebakaran hutan dan lahan memang harus dilakukan secara bersama,''ujarnya.

Khusus untuk Kota Pekanbaru, kabut asap dengan kondisi tidak sehat hampir berlangsung sepanjang Juli lalu. Menurut data BLH Riau, selama bulan Juli, hanya tiga hari kualitas udara Pekanbaru yang masuk kualitas baik. Selama 28 hari tersebut, kosentrasi debu yang menjadi barometer kesehatan mengalami penurunan.

Kepala Laboratorium Udara Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru Syahriyal mengatakan, memburuknya kualitas udara di Pekanbaru masih akan terus berlanjut. "Kita pastikan bahwa udara Pekanbaru tidak sehat. Bahkan parahnya beberapa hari yang lalu sempat udara Pekanbaru berbahaya tapi untung hanya sebentar udara,'' ujarnya.

Syahrial mengungkapkan, kondisi udara sepanjang Juli dalam kategori sedang berlangsung 19 hari, 8 hari tidak sehat dan yang berbahaya terjadi pada 18 Juli lalu. "Udara Pekanbaru masih tetap sama, selalu dalam kategori tidak sehat. Bahkan sehari sedang sehari kembali lagi tidak baik. Makanya, masyarakat yang aktivitasnya di luar rumah, sebaiknya menggunakan masker. Jika tidak lebih baik di rumah saja,'' im­baunya.

Bahkan, menurut Fadrizal Labay, kondisi dan kualitas udara yang tidak sehat ini harus diambil langkah penanganan segera. "Untuk lebih lanjutnya tentu pihak Dinas Kesehatan (Diskes) yang lebih tahu. Kalau dari penglihatan kondisi cuaca pada Selasa pagi memang sudah tidak sehat lagi,'' tuturnya.

Di bagian lain, Dinas Kesehatan (Diskes) belum menetapkan status Kasus Luar Biasa (KLB). Pasalnya indek pencemaran udara masih di bawah angka 300 meter kubik. ''Tapi jika indeks udara dari BLH menunjukan angka 300 lebih, kemudian jarak pandang 100-200 meter maka secara otomatis kita tetapkan sebagai KLB,'' ujar Plt Kadiskes Kota Pekanbaru dr Rini Rahmiyati, kemarin.

Kemudian ia juga mengakui untuk saat sekarang kondisi udara di Pekanbaru benar-benar dinyatakan tidak sehat. Bahkan pasien penderita ISPA akibat dari pencemaran udara oleh kabut asap yang ditimbulkan oleh kebakaran lahan terus bertambah. Peningkatannya sudah mencapai 30-40 persen di setiap Puskesmas di Pekanbaru. Dan terparah atau paling banyak itu di Puskesmas Sidomulyo Barat jumlahnya sudah mencapai 300-350 orang.

''Sedangkan per Puskesmas rata-rata penderita Ispa mencapai 50-150 orang,''tambahnya.

Bagikan Masker
Kondisi ini menjadikan Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru bersama dengan BLH harus membagikan lebih dari 15.000 masker. Sebanyak 5.000 masker dari bantuan Diskes Provinsi dan sebanyak 10.000 masker dari Diskes Kota Pekanbaru. Hingga awal Agustus ini, stok masker di Kota Pekanbaru hanya tinggal 2.000 buah.

"Stok masker kita semakin menipis, untuk saat sekarang tinggal 2000 masker dari 12 ribu masker yang kita beli dari APBD tahun 2009 ini,'' ujar Rini.

Meski demikian, Wali Kota Pekanbaru Drs H Herman Abdullah MM meminta Diskes tetap membagikan masker, terutama bagi masyarakat yang terletak di pinggir kota dan berdekatan dengan lokasi kebakaran lahan. "Saya berharap Diskes bagikanlah masker yang ada. Terutama kepada masyarakat yang tak mampu membeli masker,'' ucapnya. Jika stok menipis, diharapkan Diskes juga melakukan upaya agar meminta bantuan masker dari Diskes Provinsi Riau.

Kemudian ia juga mengingatkan agar anak-anak sekolah jangan melakukan aktivitas diluar kelas. Jika ada kegiatan olahraga maka jangan dilakukan untuk sekarang ini. "Olahraga itu memang untuk kesehatan, tapi jika dilakukan diluar kelas tentu bukan sehat dapat tapi sakit,'' tegasnya.

Sekolah Diliburkan
Kemarin, aktivitas berlajar mengajar di SMPN 33 Payung Sekaki, Pekanbaru terpaksa diliburkan akibat sekolah dikepung kabut asap yang tebal. Jarak pandang hanya dua meter dan kondisi sekolah gelap, membuat pihak sekolah dengan berkoordinasi bersama wali murid serta Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru memberlakukan libur sementara. Pantauan Riau Pos di lapangan, Selasa (4/8), kebakaran lahan masyarakat di sekitar sekolah turut memperparah kondisi tersebut. Sebanyak 120 murid dari 240 murid SMPN 33 yang masuk jadwal pagi terpaksa diliburkan.

Menurut Wakil Kepala Sekolah SMPN 33, Asrin Hamzah, mulai pukul 06.30 WIB jarak pandang untuk masuk area sekolah hanya dua meter dan tidak bisa melihat apa-apa. Bahkan mengendarai sepeda motor pun tidak bisa menembus jarak pandang meski sudah menghidupkan lampu. ''Saat saya tiba di sekolah, jarak pandang sangat terbatas sekitar dua meter sampai empat meter dan tidak bisa melihat apa-apa karena gelap. Lampu kendaraan pun tidak cukup membantu untuk penunjuk jalan,'' kata Asrin.

Asrin mengakui, permintaan meliburkan sekolah ini atas permintaan wali murid. "Meliburkan sekolah ini atas permintaan wali murid dan disetujui oleh kepala sekolah yang kebetulan sedang berada di luar kota dengan Disdik Pekanbaru,'' ujar Asrin.

Kondisi ini menjadikan pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan turun ke lokasi. Beruntung, jadwal sekolah sore bisa berjalan seperti biasanya. "Jika kondisi ini terus berlanjut maka jam masuk sekolah pagi akan diundur menjadi 08.00 WIB dari jadwal masuk biasa,'' kata Asrin.

Sementara itu Kepala SMP Islam Ashofa, Adrison, mengatakan hingga kemarin pihaknya belum meliburkan aktivitas belajar dan mengajar. Tapi bisa dalam dua hari ke depan kondisi semakin parah, pihaknya akan mengambil keputusan meliburkan sekolah. "Untuk pagi ini (kemarin, red) aktivitas belajar kami masih normal dan tidak terpengaruh oleh asap. Namun, jika kondisinya bertambah parah kami akan meliburkan sekolah selama dua hari, Rabu dan Kamis. Saat masuk lagi kami akan rencanakan untuk menggelar Salat Istisqa,''ujar Adrison.

Di Kabupaten Indragiri Hulu, empat sekolah telah diliburkan karena kabuat asap. Sekolah-sekolah tersebut adalah SMPN 1 Rengat, SMPN 3 Rengat, SMPN 4 Rengat dan SMPN 6 Rengat. Kadisdik Inhu H Mazuar Peri SH MM mengungkapkan, salah satu sekolah yang sudah meminta izin untuk meliburkan sekolah mereka adalah SMPN 1 Rengat. ''Pihak sekolah memang ada yang meminta izin untuk liburkan siswa mereka selama kabut asap dinilai tidak baik untuk kesehatan,jadi silahkan saja,'' jelas Kadisdik.

Di Kabupaten Siak, pemerintah setempat mengambil kebijakan dengan meliburkan murid TK dan SD (khusus kelas 3 ke bawah) selama tiga hari. Kebijakan ini dilakukan untuk antisipasi agar murid-murid tidak terjangkit ISPA. Bahkan jika dalam tiga hari tidak ada perkembangan asap akan hilang, maka libur akan diperpanjang.

Sedangkan bagi murid SD kelas IV ke atas dan SMP serta SMA tetap belajar seperti biasa namun tidak melakukan aktivitas di luar kelas.

"Kita liburkan tiga hari, dengan pertimbangan asap yang sangat mengkawatirkan pada pagi hari. Tapi ini untuk anak TK, PAUD dan SD kelas tiga kebawah. Sedangkan yang lain tetap belajar seperti biasa,'' ujar Sekdakab Siak Drs H Adli Malik kepada Riau Pos, Senin (3/8) lalu.

Rentan Sakit Kronis
Tahap akhir dari penyakit yang diderita oleh masyarakat yang hidup setiap harinya berada di daerah yang tercemar kabut asap adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yaitu penyakit paru yang menghambat kerja paru-paru secara normal yang menahun dan sulit disembuhkan. Hal itu diungkapkan dokter spesialis paru-paru di RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru, dr Azisman Saad pada Riau Pos, Selasa (4/7).

Azisman mengatakan bahwa memang untuk sampai ke tahap itu memerlukan waktu yang lama. ''Di pekan awal, memang hanya terjadi radang tenggorokan, namun bila terjadi terus-menerus dalam dua puluh tahun maka akan berakhir dengan radang paru atau PPOK,'' ujarnya.

Pada mulanya PPOK memperlihatkan gejala ringan yang sering diabaikan, misalnya batuk dan sesak napas. Gejala ini terjadi menahun dan makin lama bertambah berat. Penderita merasa cepat capai bila berjalan cepat atau naik tangga. Pada penderita PPOK yang sudah berat dapat dilihat pada dada yang menggembung (seperti gentong) dan batuk yang selalu berdahak.

Secara progresif, penyakit ini memperburuk fungsi paru dan membuat aliran udara terbatas, khususnya saat mengeluarkan napas. Polusi udara sangat berperan terjadinya penyakit PPOK pada seseorang. Pekanbaru termasuk negara berisiko tinggi menyebabkan PPOK karena polusi udara yang semakin buruk di kota ini.

Dokter mendiagnosis PPOK dengan melihat riwayat medis pa­sien, termasuk melakukan pemeriksaan sinar X bagian dada. Fungsi paru-paru pun diperiksa.Tindakan pengobatan PPOK harus dilihat dari tingkat keparahan penyakit."Pasien harus terus menerus diberi antibiotik agar penyakitnya bisa sembuh, namun tidak mudah untuk menyembuhkan penyakit ini,'' ujar Azisman.

Selain itu, pasien harus menghindari tempat dengan kadar polusi tinggi. Langkah selanjutnya, yakni meningkatkan daya tahan tubuh dan bila perlu diberi vaksin.

Penerbangan Terganggu
Di bagian lain, kabut asap kembali mengganggu penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Selasa (4/8). Kabut asap yang menutupi landasan pacu menjadikan pesawat Lion Air tidak berani mendarat dan dialihkan ke Bandara Polonia Medan.

Menurut Air Port Duty Manager Bandara SSK II Ibnu Hasan, kabut asap terus mengganggu penerbangan. Untuk keberangkatan memang tidak ada masalah karena masih berada di batas standar 1.000 meter, namun untuk kedatangan dari Jakarta, Lion Air tidak berani turun dan pindah ke Polonia Medan.

"Lion Air tidak berani mendarat karena cuaca buruk, dengan peristiwa ini mereka berinisiatif untuk pindah ke tempat yang aman yaitu ke Medan,'' kata Ibnu hasan kepada Riau Pos Selasa (4/8).

Dari data Riau Pos, selama Juli 2009, terjadi empat kali penutupan Bandara SSK II selama cuaca buruk. Jadwal penerbangan terganggu akibat kabut asap tersebut terjadi pada Ahad (5/7), Senin (6/7), Rabu (15/7), dan Sabtu (18/7). Lama penutupan bandara mulai dari 1 jam hingga mencapai 3 jam.

''Kami selaku pengelola Bandara SSK II sangat menyanyangkan proses pembakaran hutan dan lahan ini dengan sengaja. Akibat dari kejadian ini sangat banyak, mulai dari gangguan penerbangan, ekonomi sampai kepada pembuhunan secara perlahan-lahan dari asap yang ditimbulkan,'' kata Ibnu Hasan.

Terpantau 47 Titik Api
Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau hingga Rabu (4/8), di Provinsi Riau terpantau 47 titik dari 194 titik api di Sumatera. Kepala BLH Riau, Fadrizal Labai mengatakan, musim kemarau berkepanjangan menyebabkan masih terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau. Sebesar 90 persen terjadinya karhutla karen faktor alam.

Dari jumlah titik api yang terjadi di Riau, Kabupaten Inhu penyumbang terbesar dengan jumlah 11 titik api. Kabupaten Pelalawan 10 titik api. Kemudian Kabupaten Inhil menyusul dengan delapan titik api. Sementara di kabupaten/kota lainnya, seperti Kabupaten Rokan Hilir dan Rohul lima titik api, Siak empat titik api, Bengkalis dua titik api, Kampar satu titik api, dan Kota Dumai satu titik api. "Kebakaran hutan dan lahan di Riau terjadi karena faktor alam. Seharusnya ini perlu mendapatkan perhatian serius daripemerintah daerah. Bagaimana menanggulangi terjadinya karhutla ini,'' kata Fadrizal Labai.

Tapi menurut monitoring satelit National Oceanic an Atmospheric Administration (NOAA) 18 pukul 13.30 WIB, hanya ditemukan 19 titik api di lima kabupaten. Dari lima kabupaten ini, Indragiri Hulu menjadi daerah terbanyak penyulutan dengan delapan titik, disusul Inhil dengan lima titik, Pelalawan tiga titik, Bengkalis dua titik, dan Rohil satu titik. Hal ini disampaikan staf analisa Badan Meteorologi Klimatolo­gi dan Geofifika (BMKG) Pekanbaru, Sanya. Kabut asap tebal yang terjadi di Provinsi Riau adalah akibat dari masih terjadinya pembakaran hutan dan lahan.

Dua pelaku pembakaran lahan ditangkap di Desa Lubuk Kembang Bungo, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, kemarin sekitar pukul 14.15 WIB. Informasi yang diperoleh Riau Pos petugas sempat kewalahan melakukan pengejaran. Sempat terjadi aksi kejar-kejaran dan akhirnya aparat keamanan memberikan tembakan peringatan sehingga pelaku menyerah.

Kemarin, pelaku dibawa ke Pekanbaru untuk diproses lebih lanjut. Berdasarkan informasi yang diterima Riau Pos, dua pelaku berinisial AS dan UD. Kasi Penanggulangan Kebakaran dan Hutan Dishut Riau Said Nurjaya mengatakan,pelaku pembakaran lahan akan diselidiki lebihlanjut.(gem/cr2/cr1/cr9/cr1/new/esi/ksm)

"River for Life"
Direktur Eksekutif Perkumpulan Elang
Phone (0761) 42909
E-mail: rikokurniawan@gmail.com
web: www.perkumpulan-elang.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar